SIBERKITA.ID, KOLAKA— Ada cerita manis di balik semarak peringatan HUT ke-80 RI di Kolaka.
Para anggota Paskibraka menyiapkan “kejutan kecil” yang sayangnya tak sempat ditampilkan dan dilihat langsung oleh para undangan dan warga pada hari puncak.

Selama lebih dari dua pekan pemusatan latihan, mereka tidak hanya berlatih baris-berbaris.
Pasukan muda Paskibraka ini menyiapkan formasi “RI 80” – simbol sederhana untuk menandai usia kemerdekaan Indonesia.
Bayangkan, puluhan langkah kaki yang teratur membentuk huruf dan angka, indah dipandang dari udara. Rapi, penuh makna, dan sarat semangat kebangsaan.
Namun saat upacara berlangsung di Alun-alun 19 November, hujan deras mengguyur seharian. Formasi spesial itu pun batal diperlihatkan di hadapan ribuan pasang mata. Media yang hadir pun tak sempat mengabadikannya.
Beruntung, beberapa hari sebelumnya–saat gladi– tim pelatih mengizinkan media ini merekam dengan drone.
Dari ketinggian tampak jelas barisan yang dipimpin Agustian Mangiri, Abdur Rasyid, dan Wigra Nugraha membentuk formasi “RI 80” dengan gagah—dan kini hanya tersimpan sebagai arsip dokumentasi.
“Memang disayangkan tidak ada dokumentasi saat upacara. Tapi bisa dimaklumi, cuaca memang tidak mendukung,” kata Kepala Kesbangpol Kolaka, Salamansyah, Kamis (21/8).
Meski formasi itu urung ditampilkan, Salamansyah menegaskan ada hal yang lebih penting, yakni tugas utama Paskibraka berjalan sempurna.
Di tengah hujan deras, mereka berhasil mengibarkan sekaligus menurunkan Sang Merah Putih tanpa satu pun kesalahan.
“Itu yang patut kita syukuri. Semua berjalan lancar,” tambahnya.
Bupati Kolaka Amri Jamaludin dan Wakil Bupati Husmaludin yang bergantian memimpin upacara pengibaran dan penurunan bendera, tetap khidmat menyaksikan prosesi.
Hujan deras tak sedikit pun mengurangi kekhidmatan peringatan kemerdekaan.
Sebagai bentuk apresiasi, Bupati Amri memberikan hadiah istimewa.
Seluruh anggota Paskibraka dijanjikan akan diberangkatkan ke “Kota Bunga” Malino, Kecamatan Tinggi Moncong, Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan, untuk mengikuti wisata edukasi—sebuah penutup manis dari perjuangan panjang mereka.
Formasi “RI 80” mungkin hanya sempat hidup di sesi latihan. Namun semangat di baliknya akan tetap dikenang oleh semua yang terlibat. (zer)