Laporan: Abdul Saban
SIBERKITA.ID, KOLAKA – PT Aneka Tambang (ANTAM) Unit Binsnis Pertambangan (UBP) Nikel Kolaka melanjutkan komitmennya mendukung pembangunan ekonomi masyarakat pesisir melalui Program Pengembangan Tambea Tahap II, setelah sebelumnya pada phase pertama program ini dinilai berhasil mengembangkan budidaya teripang di desa Tambea, Kecamatan Pomalaa, Kabupaten Kolaka.

Komitmen tersebut direalisasikan dengan Launching Program Prioritas Tambea Tahap II yang dirangkaikan dengan panen raya budidaya teripang tahap I, Jumat (19/9/2025). Program ini dilaksanakan bersama LPPM Universitas Halu Oleo (UHO) Kendari.
Kegiatan tersebut dihadiri langsung Direktur Utama PT ANTAM Tbk, Achmad Ardianto, Direktur Komersial Handi Sutanto, Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko Arianto Sabto Nugroho Rudjito, Direktur Sumber Daya Manusia Ratih Amri, CSR & ER Division Head Yulan Kustiyan serta Komisaris Elen Setiadi dan Komisaris Independen Pius Lustrilanang.
Selain itu, hadir pula Asisten II Pemda Kabupaten Kolaka Abbas Nuhung, Camat Pomalaa Rahmat Gafoer, Kepala Desa Tambea Muslipang Nawir serta Kolaka Region CSR & ER Sub. Division Head Reta Prasetyo beserta jajarannya.
Ketua LPPM UHO, Akhmad Mansyur menjelaskan, awalnya, di Tambea hanya terdapat tiga kolam budidaya teripang milik warga yang dikelola secara mandiri. Namun antusiasme masyarakat mulai terlihat sejak adanya intervensi program yang dilakukan ANTAM bersama LPPM UHO.
“Saat ini sepanjang pesisir pantai di desa Tambea sudah terpasang kandang teripang, dengan tingkat keberhasilan mencapai 93 persen mulai penyebaran bibit sampai dengan masa panen,” kata Akhmad Mansyur.
Catatan penting dalam program ini adalah, kata Akhamd Mansyur, budidaya teripang tersebut dilakukan di kawasan pesisir yang notabene mendapat tekanan dampak pertambangan. Jika tidak mendapat penangan dan intervensi yang memadai, budidaya teripang di areal seperti itu nyaris tidak bisa berhasil.
Namun tidak demikian yang terjadi di Tambea. Tingginya peranan ANTAM dan LPPM UHO dalam merekayasa kondisi pesisir, kini budidaya teripang di tempat itu mulai menunjukan perkembangan yang signifikan. Ini menjadi bukti bahwa kehadiran ANTAM memberikan kontribusi positif bagi keberlanjutan pengembangan ekonomi masyarakat pesisir.
Teripang yang dihasilkan dari budidaya ini memiliki ukurang 11-20 cm dengan bobot 700 gram/ekor dan bobot kering berkisar 21 ribu ekor/ton.
“Sekarang ini sudah ada 41 ribu ekor yang telah dipanen. Jika harga jual teripang kering Rp1,5juta/kilogram, maka total penjualannya bisa mencapai Rp2,5 milyar,” terangnya.
Komitmen Keberlanjutan ANTAM
Masyarakat pesisir di Desa Tambea, Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara telah membudidayakn teripang sejak berpuluh tahun lalu. Kegiatan ini menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan mereka, diwariskan secara turun-temurun dari generasi ke generasi. Meskipun dijalankan dengan cara-cara tradisional, praktik tersebut tetap menjadi salah satu penopang utama ekonomi rumah tangga di desa ini.
Sayangnya, perubahan zaman membawa tantangan dan peluang baru. Permintaan pasar terhadap teripang terus meningkat—baik dari dalam negeri maupun pasar ekspor. Situasi ini membuat masyarakat Tambea semakin termotivasi untuk memperluas lahan budidaya mereka. Sayangnya, banyak pelaku usaha masih sangat bergantung pada hasil tangkapan dari alam, sementara populasi teripang liar terus menurun akibat eksploitasi berlebih.
Melihat potensi sekaligus tantangan ini, ANTAM mengalokasikan program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) untuk mengintervensi krisis tersebut. Dengan kolaborasi LPPM UHO, perusahaan tambang nikel BUMN ini mengambil langkah strategis untuk memperkuat usaha budidaya teripang pasir di Tambea.
Intervensi ini tidak hanya terbatas pada pelatihan semata, tetapi mencakup pendampingan menyeluruh dari sisi hulu ke hilir, mulai dari pengadaan bibit unggul, peningkatan kapasitas sumber daya manusia, hingga dukungan kelembagaan masyarakat.
Fahri, Lokal Hero asal desa Tambea mengatakan, langkah awal program ini adalah menyelenggaraan Pelatihan Pembenihan Teripang Pasir kepada kelompok nelayan. Outputnya, masyarakat kini menyadari pentingnya kemampuan untuk bisa memproduksi bibit secara mandiri, sehingga tidak lagi bergantung pada sumber daya alam yang kian terbatas.
“Langkah awal yang kita bangun bersama ini sangat penting untuk membekali masyarakat dengan keterampilan dasar dalam budidaya modern,” ujar Fahri, sembari menjelaskan bahwa proses pendampingan tidak berhenti sampai di situ. Karena ANTAM telah menyipakan sejumlah program melalui pendampingan langsung masyarakat dalam berbagai aspek, mulai dari persiapan sarana pembenihan, pemilihan indukan berkualitas, hingga pengelolaan fitoplankton sebagai pakan larva.
Sebagai bagian dari intervensi menyeluruh, ANTAM juga mendukung pengadaan indukan dan sarana pembenihan yang dibutuhkan oleh kelompok masyarakat melalui dukungan Program Tambea Tahap II. Program ini memungkinkan masyarakat untuk memulai unit pembenihan skala kecil sebagai proyek percontohan. Dengan tersedianya bibit hasil pembenihan lokal, keberlanjutan budidaya bisa lebih terjamin, sekaligus menurunkan tekanan terhadap stok teripang alam.
“Dengan adanya sinergi antara masyarakat, pemerintah, dan dunia usaha, kami optimis Tambea dapat menjadi sentra budidaya teripang pasir yang berdaya saing tinggi,” ujarnya.
Direktur Utama PT ANTAM Tbk, Achmad Ardianto mengungkapkan bahwa program ini merupakan bentuk nyata kontribusi sosial perusahaan untuk meningkatkan kapasitas masyarakat sekitar area operasional.
“Kami berharap kegiatan ini mampu memberikan nilai tambah yang nyata. Dari sekadar mengandalkan hasil tangkapan alam, masyarakat dapat bergerak menuju budidaya yang mandiri dan terencana melalui sistem pembenihan sendiri. Dengan begitu, potensi ekonomi dari sektor ini bisa lebih maksimal dan berkelanjutan,” katanya.
Menurutnya, kehadiran ANTAM di kabupaten Kolaka telah melalui perjalanan panjang. Sebagai perusahaan BUMN, tentunya ANTAM membawa mandat untuk mengelola Sumber Daya Alam serta meningkatkan ketahanan pangan nasional sesuai Asta Cita Presiden Probowo Subianto.
Achmad Ardianto menekankan, kehadiran ANTAM mesti diingat sebagai pembawa kebaikan bagi masyarakat. Ini bukan hal mudah, namun komitmen untuk tumbuh dan maju bersama masayarat selalu menjadi motto perusahaan ini, sebagaimana misinya yakni mewujudkan keberlanjutan ekonomi masyarakat yang mandiri.
Selain itu, dia juga memastikan pelaksanaan TJSL ANTAM merupakan bagian tak terpisahkan dari strategi bisnis berkelanjutan, dengan meyakini bahwa keberadaan Perusahaan harus membawa manfaat nyata bagi masyarakat dan lingkungan di sekitar wilayah operasional. Oleh karena itu, setiap program TJSL yang dijalankan tidak hanya ditujukan untuk memenuhi kepatuhan terhadap regulasi, tetapi juga sebagai bentuk kontribusi aktif dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat serta menjaga kelestarian lingkungan.
Program Tambea diharapkan menjadi awal dari transformasi ekonomi lokal yang lebih kuat dan berbasis ilmu pengetahuan. Di masa mendatang, budidaya teripang Tambea tidak hanya menjadi tradisi yang bertahan, tetapi juga berkembang menjadi kekuatan ekonomi desa yang mampu menembus pasar nasional hingga internasional.
Sementara itu, Asisten II Pemda Kabuapten Kolaka Abbas Nuhung menyampaikan apresiasi dan trimakasihnya atas inisiatif ANTAM menggagas program ini. Menurutnya, kontribusi ANTAM selama ini tak bisa pandang sebelah mata, karena kehadiranya di darah ini telah banyak mendukung program pemerintah daerah.
“Perjalan ANTAM di Kolaka ini tidak bisa dipungkiri telah menjadi mitra pemerintah yang selalu bersinergi dengan baik. Hampir di seluruh lini, program strategis ANTAM selalu hadir,” katanya.
Dia berharap, program yang tengah dijalankan tersebut bisa terus berlanjut dan dapat ditingkatkan lagi, sembari mengingatkan masyarakat penerima manfaat untuk tetap menjaga hubungan harmonis dengan ANTAM, agar kegiatan operasi perusahaan tersebut bisa berjalan optimal dan berkelanjutan, karena manfaatnya juga akan dirasakan oleh masyarakat itu sendiri.(Adv)