Laporan: Abdul Saban

SIBERKITA.COM, KOLAKA – PT ANTAM Tbk Unit Bisnis Pertambangan Nikel (UBPN) Kolaka berkomitmen menjadi perusahaan terdepan dalam upaya pelestarian kawasan pesisir di kecamatan Pomalaa. Sejauh ini, ANTAM telah melaksanakan program PemberDayaan mAsyarakat berbasis pembangunan berKelanjUtAn (Padakuan) dengan memanfaatkan habitat mangrove dan terumbu karang yang ada di perairan Hakatutobu sebagai kawasan Ecoeduwisata kabupaten Kolaka. Padakuan berasal dari bahasa suku Bajau, yang dalam bahasa Indonesia berarti gotong royong.
ANTAM berkolaborasi dengan Komunitas Pecinta Alam Laut (KAPAL) Kolaka dan pemerintah desa Hakatutobu dalam membina Kelompok Sadarwisata (Pokdarwis) serta kelompok nelayan di desa itu untuk menjaga lingkungan pesisirnya dari tekanan destructif fishing dan pencemaran perairan laut melalui pengembangan Karamba sebagai lokasi wisata.
Ketua KAPAL Kolaka, Dendin Anjaryono Yusuf mengatakan, program ini dimulai sejak akhir tahun 2016 dimana pihaknya bersama ANTAM mengintervensi krisis ekosisitem perairan laut desa Hakatutobu melalui kegiatan transplantasi terumbu karang serta penanaman mangorove di pesisir desa.
“Saat ini, sebaran pertumbuhan terumbu karang sudah mulai bertambah dari tahun ke tahun. Ini tentu menjadi kebanggaan bagi kami, karena selain memulihkan ekosistem perairan, terumbu karang ini juga akan menjadi daya tarik wisatawan untuk berkunjung ke desa ini,” kata Dendin, Kamis (21/12/2023).
Dia menjelaskan, secara periodik ANTAM bersama KAPAL Kolaka melakukan pendampingan dan peningkatan kapasitas kelompok masyarakat di desa Hakatutobu. Terdapat kawasan seluas satu hektar yang dimanfaatkan dalam program lingkungan ini.
ANTAM juga turut menghadirkan berbagai fasilitas pendukung, seperti pembangunan jembatan titian, pemasangan lampu listrik tenaga surya perbaikan dermaga Karamba, perbaikan pematang dan Gazebo yang bverkolaborasi dengan pemerintah desa.
Dendin mengatakan, program Ecoeduwisata merupakan salah satu terobosan ANTAM yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir melalui pengembangan wisata bahari berbasis pendidikan. Harapannya, program ini dapat menjadi sumber mata pencaharian alternatif nelayan untuk meningkatkan ekonominya.
Program Ecoeduwisata didesain dengan menawarkan paket wisata penanaman mangrove dan transplantasi terumbu karang, dimana nantinya wisatawan yang berkunjung di Karamba akan disuguhi pengalaman menanam mangrove atau melakukan transplantasi terumbu karang.
“Jadi, wisatawan tidak hanya datang untuk menikmati keindahan karamba saja, mereka akan kami ajak untuk memiliki pengalaman tentang bagaimana cara menanam mangrove atau melakukan transplantasi terumbu karang,” ujar Dendin.
Sementara itu Amsar, ketua Karang Taruna desa Hakatubo mengungkapkan, lokasi wisata Karamba di desa Hakatutobu sebelumnya sempat vakum, akibat pandemi Covid-19. Saat itu, banyak anggota pengelola Karamba sudah tidak aktif lagi karena menurunya jumlah kunjungan wisatawan di desa tersebut.
“Tahun ini kami coba berkomunikasi dengan semua pihak, termasuk ANTAM agar mengaktifkan kembali wisata Karamba. Dan alhamdulillah, saat ini telah berlansung acara jambore bahari yang dihadiri oleh 14 utusan dari berbagai wilayah. Ini langkah awal kami untuk menyampaikan kepada wisatawan bahwa destinasi wisata Karamba sudah aktif kembali,” kata Amsar.
Ketua Kelompok Nelayan desa Hakatutobu, Agus Gafur menambahkan, ide pembuatan wisata Karamba sebenarnya sebagai bank alternatif bagi nelayan, dengan membuat program pemeliharaan ikan kerapu jenis sunu macan.
“Karena nelayan Bajau ini tidak pernah menabung di bank, jadi kami buatkan Karamba sebagai investasi mereka. Jadi mereka tidak menabung uang, mereka nambung ikan. Nanti setelah memasuki usia panen, ikannya dijual,” jelas Agus.
Karamba itu berukurang satu hektar terlatak di depan perairan laut desa Hakatubou, di dalamnya terdapat kolam-kolam ikan yang berkuran 100 meter persegi. Di tengah-tengah Karamba dibuat satu kolam besar yang menyediakan wahana bermain.
Namun di tengah perjalannya, ide Karamba ini diarahkan pada program Ekoeduwisata, sebagai mata pencaharian alternatif nelayan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, selain menangkap ikan.
Di tempat yang sama, Kepala Desa Hakatutobu, Ruslan Gafur memastikan program Ecoeduwisata akan memberikan dampak besar terhadap peningkatan ekonomi masyarakat. Terlebih lagi, desa Hakatutobu dikelilingi oleh investasi pertambangan, sehingga kebutuhan masyarakat akan sarana parisiwasata juga sangat tinggi.
Namun demikian, Ruslan juga mengakui, kurangnya kapasitas masyarakat dalam mengelola pariwisata menjadi tantangan terbesar bagi desa Hakatutobu. Karena menurut dia pariwisata bukan hanya tentang pembangunan insfrastruktur, namun perlu dukungan penguatan kapasitas sumber daya manusia untuk mengelolanya menjadi lebih baik.
“Dalam pariwisata ini kan ada namanya Sapta Pesona, nah ini harus diketahui masyarakat. Ada etika dan tata cara mengelola wisata yang baik. Ini menjadi tantangan bagi kami,” katanya.
Untuk itu, Ruslan mencoba melakukan intervensi penguatan SDM masyarakat melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) serta dukungan pihak lain, utamanya perusahaan tambang di sekitar desa Hakatutobu.
“Kita bersyukur, ANTAM selalu meresempon dengan baik setiap usulan pembangunan di desa ini. Kita berharap akan ada program penguatan SDM masyarakat juga yang bisa dilakukan kedepannya,” katanya.(*)