Laporan: Abdul Saban
SIBERKITA.ID, MAKASSAR – Delegasi mahasiswa Universitas Sembilanbelas November (USN) Kolaka yang tengah mengikuti program Kuliah Kerja Nyata (KKN) Kebangsaan XIII tahun 2025 di Universitas Hasanuddin (UNHAS) Makasar memprogramkan pengembangan Sanggar Seni Masagena melalui Sastra dan Budaya, di Desa Bara Batu, Sulawesi Selatan (Sulsel).

Muh. Reskiawan, salah satu mahasiswa USN Kolaka mengatakan, program ini selaras dengan tema KKN Kebangsaan 2025, yaitu “Wisata Budaya Warisan Dunia sebagai Aksi Kebangsaan”.
Menurutnya, melalui program ini, para mahasiswa tak hanya hadir sebagai pengabdi masyarakat, melainkan sebagai inisiator perubahan, pelestari budaya, dan penghubung antara masa lalu dan masa depan.
Kata dia, pengembangan Sanggar Seni Masagena di Desa Bara Batu, Kecamatan Labakkang, Kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan itu menjadi titik terang dalam upaya memperkuat identitas budaya dan menyemai kecintaan generasi muda terhadap warisan leluhur.
“Dalam hal ini, komunitas tersebut sebagai medium utama dengan lintas generasi muda, pengembangan Sanggar Seni Masagena ini adalah sebagai wadah ruang edukatif, produktif, dan inspiratif yang menyatukan masyarakat dalam semangat kebudayaan,” katanya kepada SIBERKITA.ID, Sabtu (26/7/2025).
Salah satu capaian utama dari program ini adalah tersusunnya naskah drama lokal berjudul “Gema di Lesung Tua”, yang mengangkat kisah tragis
Proses kreatif penulisan naskah dilakukan secara mendalam dengan melibatkan wawancara tokoh budaya setempat, termasuk pendiri dan pembina Sanggar Seni Masagena. Hasilnya, naskah ini mendapat legitimasi langsung dari sang pembina dan secara resmi diserahkan kepada Sanggar Seni Masagena sebagai dokumen dan arsip budaya untuk festival budaya Mappadendang Season 4 yang akan datang.
Sebagai bentuk keberlanjutan, drama ini direncanakan akan dipentaskan dalam Festival Budaya Mapadendang Season 4, sebuah agenda budaya tahunan yang telah menjadi ikon Desa Bara Batu. Dengan pendekatan sastra panggung yang kuat, diharapkan pertunjukan ini mampu menjadi pemantik bagi anak-anak muda untuk terus mencintai budaya sendiri di tengah arus globalisasi
Naskah ini bukan sekadar hasil garapan imajinasi semata, melainkan refleksi nyata dari kondisi sosial budaya yang ada di Desa Bara Batu. “Gema di Lesung Tua Bukan Sekadar Irama dan Panggilan Sunyi di Masa Lalu, Melainkan Panggilan ini Membangunkan Jiwa-Jiwa Rindu.” ujar dalam naskah yang ia garap Muh Rezkiawan.
Dia juga menyampaikan, program ini berdampak positif pada KKN Kebangsaan yang tidak hanya menjadi ajang pengabdian, tetapi juga menjadi jembatan antara tradisi dan masa depan.
Desa Bara Batu kini tidak hanya dikenal karena keindahan alamnya, tetapi juga karena semangat budayanya yang terus menyala dalam menjaga warisan leluhur dan kearifan lokal.
Melalui kolaborasi antara mahasiswa dan masyarakat, program ini menjadi wujud nyata pengabdian yang merawat tradisi, memperkuat identitas budaya, dan menyalakan kembali semangat kebangsaan dari desa untuk Indonesia.(*)